Senin, Oktober 12, 2009

Aktifitas Galungan Umat Hindu di Bali


Hari rabu ini umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Galungan, walaupun di Bali hari raya merupakan santapan sehari-hari namun kesibukan menjelang Hari Raya Galungan yang datang setiap 6 bulan sekali ini tetap terasa lebih sibuk dibanding hari raya lainnya. Berikut ini beberapa kesibukan dan kegiatan yang menjadi ciri khas Galungan di Bali.

Kesibukan Para Perempuan

Seperti hari raya lainnya, Galungan juga dirayakan dengan berbagai sesajen dan tentunya membuat sibuk para perempuan, ibu-ibu maupun yang masih lajang, semua sibuk mempersiapkan banten, sesajen, membeli buah dan perlengkapan lainnya. Belum lagi ditambah dengan membuat berbagai kue serta masakan lainnya.

Penjor Galungan

Galungan memang selalu identik dengan penjor, penjor Galungan biasa dibuat oleh kaum lelaki khususnya yang masih muda. Beberapa tahun lalu penjor Galungan di Bali masih dibuat dengan sederhana dan hanya membutuhkan beberapa jam dengan bahan seadanya yang kadang tidak membutuhkan biaya sama sekali. Tapi dasar orang Bali yang identik dengan seni, sekarang penjor sudah disiapkan bahkan sebulan sebelum Galungan dan bisa menghabiskan biaya sampai diatas 1 juta rupiah, hasilnya? Tentu saja bernilai seni yang tinggi, pembuatan penjor ini bahkan sudah lumrah dijadikan lahan bisnis bagi mereka yang seni. Untuk saya, Galungan kali ini menghabiskan biaya 150 ribu untuk penjor, ini termasuk biaya yang paling murah dengan hasil penjor yang paling sederhana di lingkungan saya.

Penampahan Galungan

Hari Selasa, sehari sebelum disebut dengan Penampahan Galungan (tampah = sembelih). Hari ini umat Hindu umumnya menyembelih babi yang akan dijadikan bahan makanan di hari raya Galungan. Umumnya ini dilakukan oleh para bapak-bapak dengan cara membentuk kelompok-kelompok tertentu. Namun pelaksanaan Penampahan Galungan di berbagai daerah mengalami perubahan yaitu dimajukan satu hari menjadi hari Senin, mungkin dengan alasan mengurangi kesibukan di hari Selasa (Penampaha Galungan).

Lawar Galungan

Masakan yang menjadi ciri khas Galungan adalah lawar, hampir setiap keluarga umat Hindu di Bali membuat lawar sebagai menu utama di Hari Raya Galungan. Masakan ini terbuat dari bahan utama daging babi dan bahan-bahan lainnya serta bumbu lengkap (basa genep). Masakan lawar biasanya dibuat oleh para lelaki khususnya bapak-bapak.

Puncak Hari Raya Galungan

Hari rabu merupakan puncak Hari Raya Galungan, umat Hindu di Bali akan menghaturkan berbagai sesajen dan bersembahyang di masing-masing pura di rumah serta tempat suci lainnya. Kesibukan ini bahkan berlangsung hingga melewati siang hari. Di sore harinya biasanya dijadikan waktu untuk beristirahat dan menikmati berbagai masakan, kue serta buah-buahan.

Umanis Galungan

Hari kamis, keesokan hari setelah Galungan disebut dengan Umanis Galungan, atau sering disebut Manis Galungan. Hari ini merupakan waktu untuk saling berkunjung ke sanak keluarga. Banyak juga yang berkunjung ke daerah wisata, contoh yang paling ramai dikunjungi adalah Kebun Raya Bedugul. Di sore harinya, pantai merupakan objek yang paling ramai dikunjungi.

Mudik

Bukan hanya umat Muslim ketika Lebaran yang mudik, umat Hindu di Bali ketika menyambut Hari Raya Galungan juga mudik ke kampung halaman masing-masing. Umat Hindu yang mungkin berada di luar Bali akan pulang ke Bali. Begitu juga yang lokal di Bali, khususnya yang berada di Denpasar dan Badung akan pulang ke daerahnya masing-masing seperti Singaraja, Tabanan, Negara, Karangasem, Gianyar dan Klungkung.

Menunggu Hari Raya Kuningan

Hari Raya Kuningan merupakan rangkaian dari Galungan, yaitu di hari Sabtu tepat 10 hari setelah Galungan. Rangkaian hari raya Kuningan juga mirip dengan Galungan yaitu Penampahan Kuningan, Kuningan dan Umanis Kuningan, hanya saja penjor yang dipakai tetap penjor yang sama dengan yang dibuat sebelum Galungan. Begitulah kesibukan dan keunikan Hari Raya Galungan di Bali.

**kawan yang di luar Bali, pernahkah melihat suasana Galungan di Bali?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar